Oleh: Arief Ismail (Ibnu Hanafi)*
TERNATE- (Hidayatullahmalut.or.id) -- Ketika matahari baru saja menyentuh ufuk, saat langit masih berlapis kabut, para pejuang kader Hidayatullah berkumpul dalam keheningan shubuh di penghujung acara Lailatul Ijtima' atau Mabit (Malam Bina Iman dan Taqwa).
Di masjid Baitul Hasan, Kampus Kalumata-Ternate, suara adzan menggema, mengundang kita untuk merenung. Bersama usai melaksakana sholat shubuh dengan penuh khidmat dan khusyuk.
Dari lisan yang mulia sang Murabbi, Ust. Imam Ashyari menuntun jama'ah mengkaji dan melafadzkan sebuah ayat dari Al-Qur'an terucap, mengingatkan kita akan Rahmat dan kekuasaan Allah yang Maha Agung, ayat yang menembus hati dan pikiran.
Allah SWT menjelaskan kepada kita:
"وَلَوْ يُؤَاخِذُ اللّٰهُ النَّاسَ بِظُلْمِهِمْ مَّا تَرَكَ عَلَيْهَا مِنْ دَاۤبَّةٍ وَّلٰكِنْ يُّؤَخِّرُهُمْ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّىۚ فَاِذَا جَاۤءَ اَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُوْنَ سَاعَةً وَّلَا يَسْتَقْدِمُونَ".
"Dan kalau Allah menghukum manusia karena kezalimannya, niscaya tidak akan ada yang ditinggalkan-Nya (di bumi) dari makhluk yang melata sekalipun, tetapi Allah menangguhkan mereka sampai waktu yang sudah ditentukan. Maka apabila ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan atau percepatan sesaat pun."— (QS. An-Nahl:61).
Syukur dengan Rahmat-Nya
Ayat ini bagaikan angin yang menyapu sejuk jiwa, menenangkan hati yang mungkin terganggu oleh arus kehidupan yang keras. Allah, dengan kasih-Nya yang tak terhingga, menangguhkan hukuman-Nya, memberi waktu, memberi kesempatan bagi setiap makhluk-Nya.
Seolah-olah waktu itu adalah RAHMAT yang tak ternilai, dan Allah menunda hukuman-Nya bukan karena kelalaian, melainkan karena cinta-Nya pada hamba-hamba-Nya yang ingin diberi kesempatan untuk kembali ke jalan yang lurus.
Bayangkan, jika Allah menghukum langsung setiap kezalimannya, tak ada satu pun makhluk yang tersisa. Manusia, hewan, dan seluruh ciptaan-Nya, akan sirna seketika. Namun, Allah menangguhkan azab-Nya, menunggu hingga saat yang telah ditentukan-Nya tiba.
Waktu-Nya adalah waktu yang sempurna, dan ketika ajal itu datang, tak ada satu detik pun yang bisa diminta untuk ditunda atau dipercepat. Itulah ketetapan yang tak bisa diubah, sebuah panggilan dari-Nya yang tiada bandingannya.
Bergegas Bertaubat
Dalam momen subuh yang tenang itu, kita diingatkan bahwa kehidupan adalah waktu yang Allah beri, dan setiap detik adalah kesempatan untuk bertaubat, untuk memperbaiki diri.
Setiap nafas yang kita ambil adalah peluang untuk kembali kepada-Nya, untuk menyucikan hati, agar ketika ajal itu tiba, kita bisa menghadap-Nya dengan hati yang suci, bersih dan lapang (Qalbun Salim), penuh ampunan dan rahmat-Nya.
Tidak ada yang lebih indah daripada hidup dalam kesadaran akan waktu yang Allah beri. Dan seperti waktu yang mengalir tak terulang, kita pun diajak untuk mengisi hidup ini dengan kebaikan dan amal yang bisa kita bawa hingga hari yang telah ditentukan.
Ajal itu bukan suatu problem, ia pasti datang, tetapi yang jadi persoalan besar kemudian adalah bagaimana cara agar kita bisa mengisi sisa hidup ini dengan perkara (setiap karya, amal) kebaikan yang berkualitas di mata Allah (atas ridho-Nya), dan itu semua kita hadapinya adalah keputusan kita sekarang.
Semoga kita menjadi hamba yang senantiasa sadar akan waktu yang Allah anugerahkan, dan memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya utk bekal investasi terbaik kelak di hadapan-Nya. Aamiin
19 Syawal/18 April, Masjid Baitul Hasan Ternate,
*Penulis adalah Pecinta Ilmu dan Pelayan Ummat