Pondok Pesantren Hidayatullah Ternate menerima dan menyalurkan zakat, infaq, sedekah, fidyah, dan wakaf tunai Anda kepada yang berhak. Informasi lebih lanjut hubungi WA Center +62 812-4852-7607

Menjadi Pribadi Bahagia 24 jam

Kita sering kali terjebak dalam rutinitas yang tidak memberikan dampak positif bagi diri kita. Padahal, dalam waktu 24 jam, kita bisa membuat pilihan-pilihan yang mendalam dan konstruktif untuk mengisi hari-hari kita dengan hal-hal yang lebih berarti dan bermanfaat, baik itu bagi diri sendiri maupun orang lain.

Buku, Artikel, dan Al-Qur'an sebagai Nutrisi Jiwa

Memang benar, begitu banyak buku dan penelitian yang memberikan bimbingan untuk sukses, tetapi tidak jarang kita melupakan kenyataan bahwa kebahagiaan sejati dan kebermaknaan hidup sebenarnya bisa ditemukan dalam kegiatan sehari-hari yang lebih sederhana.

Seperti mengalokasikan waktu untuk membaca buku, mendalami artikel, atau yang lebih mendalam lagi, membaca Al-Qur'an, memberi kita kesempatan untuk memberi "nutrisi" bagi pikiran dan jiwa kita.

Membaca Al-Qur'an dengan pemahaman mendalam bisa memberi kita makna hidup yang lebih besar, mengurangi kecemasan eksistensial, dan memperkuat rasa syukur kita. Ketika kita menyelami makna dari setiap ayat, kita tidak hanya memberi makan akal kita, tetapi juga memenuhi kebutuhan spiritual kita. 

Sebagaimana firman Allah dalam QS. Ar-Ra'd: 28, "Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram." Ini bukan hanya memberikan ketenangan, tetapi juga merangsang pelepasan dopamin, yang dapat meningkatkan perasaan bahagia dan puas.

Keseimbangan antara Aktivitas Intelektual dan Emosional

Kombinasi antara pemahaman intelektual dan spiritual ini memberikan kita keseimbangan emosional yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan modern yang penuh dengan tekanan. Ketika kita melibatkan dimensi spiritual dalam aktivitas kita, kita bukan hanya menjadi lebih bijaksana, tetapi juga lebih bahagia. 

Keseimbangan ini sangat penting karena semakin banyak kita mengeksplorasi makna hidup dan menghubungkannya dengan nilai-nilai yang lebih dalam, semakin sedikit ruang yang tersisa untuk stres, kekhawatiran, dan kecemasan yang tidak perlu.

Dampak Negatif dari Kebiasaan yang Menghancurkan

Sebaliknya, tanpa adanya kegiatan yang memperkaya jiwa dan pikiran, kita bisa dengan mudah terjebak dalam kebiasaan yang sepertinya menyenangkan, tetapi justru merusak keseimbangan hidup kita. Seperti bermain game, menonton video reels, mengonsumsi informasi yang kurang bermanfaat atau aktivitas lain yang tampaknya menyenangkan jika dilakukan berlebihan, justru bisa menimbulkan stres, kecemasan, dan ketegangan fisik.

Studi yang kamu kutip dari Journal of Behavioral Addictions sangat menggambarkan bagaimana ketidakseimbangan dalam aktivitas dapat merusak kesejahteraan kita. Aktivitas seperti bermain game yang berlebihan bisa meningkatkan hormon stres (kortisol) dalam tubuh, mengganggu tidur, dan bahkan merusak hubungan sosial kita. Jika kebiasaan ini berlangsung terus-menerus, dampaknya bisa sangat merugikan.

Pentingnya Pilihan dalam 24 Jam

Pada akhirnya, kita memiliki kontrol atas bagaimana kita mengisi 24 jam dalam hidup kita. Setiap pilihan yang kita buat memiliki dampak besar terhadap kebahagiaan dan kualitas hidup kita. Apakah kita memilih untuk mengisi waktu kita dengan kegiatan yang bermanfaat, yang memberi makan akal dan jiwa kita, ataukah kita jatuh ke dalam kebiasaan yang merusak? Semua itu adalah pilihan yang kita buat setiap harinya.

Stephen Covey, dalam bukunya The 7 Habits of Highly Effective People, mengajarkan kita untuk menjadi proaktif, yaitu bertanggung jawab atas hidup kita sendiri, dan fokus pada apa yang bisa kita kontrol. Dalam konteks ini, kita bisa memilih untuk mengisi waktu kita dengan kegiatan yang produktif dan memberi makna, bukan dengan kesenangan sementara yang hanya merugikan kita di kemudian hari.

Kesimpulannya, kita semua memiliki kesempatan untuk mendesain hidup kita dalam 24 jam setiap harinya. Ini adalah kesempatan untuk memilih apakah kita ingin hidup bahagia, produktif, dan penuh karya, atau justru hidup yang terbuang dengan kebiasaan yang merugikan. Semua itu dimulai dengan pilihan kita untuk memberi makan akal dan jiwa kita dengan hal-hal yang penting dan bermakna. [sumber : Mas Imam Nawawi]