Pada usia anak yang belum baligh, sebagai Orangtua tidak boleh memaksakan, kita perlu mencontohkan lebih dahulu dan memberikan pengajaran yang menyenangkan dalam beribadah.
Rasulullah sudah memerintahkan Orangtua mengajarkan anak-anak salat sejak dini. Rasullullah tak hanya memerintahkan, tapi juga memberikan cara pengajarannya,
Dibutuhkan cara atau metode tersendiri agar pengajaran tersebut bisa sukses, Rasulullah bersabda,”Ajarilah anak salat oleh kalian sejak usia 7 tahun dan pukullah dia karena meninggalkannya bila telah berusia 10 tahun.”
Pendekatan Pra-usia 7 Tahun
Mengajari anak salat sebelum usia 7 tahun memang memerlukan pendekatan yang berbeda, mengajarkan salat kepada anak-anak pada usia ini bisa dilakukan dengan cara bermain. Pendekatan yang lebih santai dan tidak terlalu kaku akan lebih efektif.
Pada tahap ini, anak mungkin sulit untuk belajar melakukan salat dengan tertib dan khusyuk, namun sedikit gerakan yang tidak sesuai dengan tuntunan tidak masalah.
Memberikan teladan yang baik sangat penting pada usia ini. Anak cenderung meniru apa yang mereka lihat dari orang-orang di sekitarnya, terutama dari orang tua.
Oleh karena itu, orang tua bisa menjadi contoh yang baik dalam beribadah, sehingga anak akan meniru dengan lebih mudah.
Penting juga untuk diingat bahwa pada usia ini, fokus utama adalah membiasakan anak dengan kegiatan salat dan membuatnya merasa nyaman dengan proses tersebut.
Kesempurnaan dalam khusyuk mungkin belum dapat dicapai pada tahap ini, namun yang terpenting adalah memperkenalkan anak pada praktik ibadah yang baik dan memberikan fondasi yang kuat untuk perkembangan spiritualnya di masa mendatang.
Perintah dan Penekanan pada Rentang Usia 7-10 Tahun
Pada rentang usia antara 7 hingga 10 tahun, agar orang tua mulai memperkenalkan perintah dan penekanan yang lebih tegas terkait salat kepada anak.
Hal ini karena pada usia ini, anak telah mulai mengembangkan akalnya dan mampu memahami perbedaan antara yang benar dan yang salah. Oleh karena itu, mereka lebih mudah untuk diarahkan dan diajarkan.
Menegur anak jika melakukan kesalahan dalam beribadah, termasuk dalam pelaksanaan salat, juga merupakan hal yang diperbolehkan. Dengan memberikan penekanan dan arahan yang tepat pada usia ini, diharapkan anak dapat memahami pentingnya melaksanakan salat dengan benar dan konsisten.
Peran orang tua dalam memberikan arahan dan pengawasan pada anak pada usia ini sangat penting untuk membantu mereka membangun kebiasaan ibadah yang baik dan kokoh. Ini adalah tahap penting dalam pembentukan karakter dan kehidupan spiritual anak, sehingga perlu dilakukan dengan penuh perhatian dan ketelitian.
Pendekatan Tegas setelah Usia 10 Tahun
Pada usia 10 tahun ke atas, ketika anak telah mencapai tahap kritis dalam perkembangannya, pendekatan pengajaran salat bisa menjadi lebih tegas, termasuk penggunaan hukuman jika diperlukan.
Dengan syarat penggunaan hukuman haruslah disesuaikan dengan kondisi psikologis anak dan hukuman tersebut diberikan sebagai respons terhadap perilaku menolak untuk melaksanakan salat.
Pada usia ini, anak diharapkan tidak hanya mengenal perintah beribadah, tetapi juga memahami kewajibannya dalam menjalankannya. Kemungkinan munculnya sikap ingin melawan atau membandel pada masa ini juga perlu diperhatikan.
Oleh karena itu, memberikan hukuman sebagai respons atas perilaku menolak untuk melaksanakan salat dapat menjadi pilihan yang diperbolehkan.
Namun, penting juga untuk diingat bahwa mengajarkan anak salat adalah proses yang memerlukan waktu dan kesabaran, tidak bisa dilakukan secara instan.
Selain pengajaran di rumah membiasakan anak kita untuk menjaga sholat, diperlukan juga lingkungan sekolah dan komunitas pertemanan yang mendukung, ini penting karena Agama Seseorang sesuai dengan agama teman dekatnya. Hendaklah kalian melihat siapakah yang menjadi teman dekatnya.” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi)
Dalam hal ini kami merekomendasikan salah satu lingkungan sekolah yang mengutamakan pendidikan akhlak pembiasaan ibadah sholat dan komunitas pertemanan yang baik yang terus sekolah berusaha menjaganya, yakni Mis Integral Hidayatullah Ternate
Rasululah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan, “Permisalan teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan kalaupun tidak engkau tetap mendapatkan bau harum darinya.
Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau asapnya yang tak sedap.” (HR Bukhari 5534 dan Muslim 2628).
Dengan memahami makna hadis ini, kita diingatkan untuk memilih teman dengan bijaksana, karena teman yang kita pilih akan berpengaruh besar terhadap diri kita sendiri dan kehidupan kita secara keseluruhan. [#PPDB_2024-2025] /*Redaktur