Pondok Pesantren Hidayatullah Ternate menerima dan menyalurkan zakat, infaq, sedekah, fidyah, dan wakaf tunai Anda kepada yang berhak. Informasi lebih lanjut hubungi WA Center +62 812-4852-7607

Belajar Mengelola Waktu Dari Para Ulama


Waktu adalah nikmat Allah yang begitu agung bagi ummat manusia. Banyak dari kita terperdaya, sehingga menganggap waktu seperti angin lalu tak memiliki peran apa-apa dalam kelangsungan hidup dan kehidupan. Hanya orang yang 'sadar' saja yang benar-benar mengerti arti sebuah waktu.

Berbeda halnya dengan para Ulama yang memiliki predikat "Pewaris Para Nabi". Mereka benar-benar potret manusia luar biasa dalam mengelola hidupnya, tertutama dalam memenej waktunya, sehingga setiap detik waktu yang ia miliki akan berbuah selaksa manfaat.

Setiap relung-relung hidup mereka senantiasa memancarkan sejuta kebaikan. Dalam benak mereka, seluruh bentuk kebaikan berpangkal dari waktu. Siapapun yang menyia-nyiakannya, maka ia tak akan pernah menuai kebaikan.

Ada satu kisah menarik salah seorang Ulama, yakni Syaikh Amir bin Abdi Qais saking sangat menghargai waktunya, ketika seseorang mengajak beliau untuk berbincang-bincang, maka ia kemudian menjawab, "Tahanlah matahari bila engkau mau berbicara denganku." Artinya, ia tidak mau sia-siakan waktu terbuang bila tidak terlalu penting. 

Demikian juga kisah Ulama Ibnu Suhnun yang makan malamnya disuapi oleh pembantunya, namun ia tidak sadar karena menulis dan menyusun buku. Ada Ulama Abul Wafa' bin Aqil berkata, "Saya berusaha sekuat tenaga menghemat waktu makanku." 

Ada Ulama Al-Bairuni mempelajari salah satu persoalan Fara'idh saat beliau sedang menghadapi sakratul maut. Sungguh luar biasa pemanfaatan waktunya.

Al-Imam Isham al-Balkhi biasa membeli pena seharga satu dinar untuk menulis ilmu dari gurunya dalam majelis taklim ketika habis tinta penanya. al Imam Ibnul Khayyath An-Nahwi belajar di tengah jalan karena memanfaatkan waktunya, lalu terjatuh ke dalam selokan.

Dan masih cukup banyak kisah indah dan menawan para Ulama dalam memanfaatkan waktu.

Bangun Visi dan Target

Setiap orang beriman tentu punya visi hidup bahagia di dunia dan selamat di akhirat kelak, itu sudah mutlak. Tetapi diksi visi  itu bermakna produktif, maka untuk menjalankan visi paripurna dan target tersebut, tentu butuh langkah-langkah strategis dan taktis. Misalnya setiap waktu saya terus istiqomah GNH. 

Dalam satu hari saya harus membaca satu buku, menghafal sekian surah, dan seterusnya. Dalam satu tahun saya harus tuntas belajar bahasa Arab misalnya. Sehingga dalam hidup kita ini selalu ada semangat kebaikan, dan itu dengan sendirinya akan terhindarkan dari perkara atau pekerjaan-pekerjaan yang sia-sia dan futur.

Ketika visi hidup itu selalu dalam alam pikiran kita dan secara bertahap dijalankan untuk mencapai target-target hidup produktif, maka dengan sendirinya berdampak positif bagi Lembaga Perjuangan (Hidayatullah). Jadi, hidupnya visi pribadi memberikan energi yang dahsyat bagi kelangsungan wujudnya visi Lembaga Perjuangan Islam melalui Hidayatullah, dll.  

Buat Jadwal Hidup

Dalam  keseharian kita tentu cukup banyak varian aktivitas, entah itu kegiatan yang sifatnya sangat penting maupun suatu pekerjaan yang tidak perlu alias sia-sia. Terkadang kita berpikir, sudahlah tidak perlu ribet-ribet untuk mengatur jadwal kegiatan kita, mengalir sajalah seperti air.

Memang tidak mengapa juga untuk tidak buat rencana dalam hidup secara tertulis, tetapi bagi mereka yang punya visi dan tujuan hidup yang jelas, akan selalu dengan konsep secara teratur, tertib dan sistematis. Tentu fleksibel dan tidak kemudian selalu kaku dalam penerapannya. 

Bagi mereka yang sudah terbiasa dengan pola hidup yang rapi dan tertib sesuai jadwalnya, maka untuk selanjutnya tidak perlu jadwal hidup pun tidak apa, karena sudah menjadi kebiasaan dan karakter disiplin hidup secara terjadwal. Lihatlah para orang sukses, para tokoh dan figur, terlebih para Ulama, mereka hidup penuh dengan produktif waktunya.

Contoh jadwal hidup mulai dari mau tidur hingga tidur kembali, utamanya dalam pemanfaatan waktu dalam belajar dan peningkatan potensi diri serta berkarya. Apalagi dalam jama'ah Hidayatullah sudah ada instrumen kontrol diri dengan GNH (Amalan Nawafil).

Miliki Mentor Hidup 

Setiap orang tentu memiliki keterbatasan dirinya, karena itu perlu adanya apa yang disebut dengan Mentor dalam Hidup atau Guru Kehidupan. Sehingga dengan itu kita bisa lebih terarah dan fokus tidak mengambang dan "liar" kemana-mana. 

Dalam urusan organisasi saja ada Penasehat, Pembina, Pengawas. Maka dalam setiap diri pribadi juga butuh Guru Kehidupan untuk menjadi pencerah dan pembimbing kehidupan utamanya kehidupan spiritual. Lihatlah para Ulama kita, meskipun mereka sudah banyak ilmu namun terus berguru kepada Ulama yang satu dengan yang lain di beda tempat dan berjauhan.

Semoga kita semua dapat mengambil pelajaran berharga dan bisa mengamalkannya. Aamiin. 

Kayu Merah, 13 Jamadil Akhir 1445 H/26 Des.2023

Abu Wildan (Ketua Pemuda Hidayatullah 2020-2022)