Pondok Pesantren Hidayatullah Ternate menerima dan menyalurkan zakat, infaq, sedekah, fidyah, dan wakaf tunai Anda kepada yang berhak. Informasi lebih lanjut hubungi WA Center +62 812-4852-7607

PERLUKAH SADAR SEBAGAI PEMIMPIN ?


Mengutip tulisan di sebuah buku yang ditulis oleh John C. Maxwell berjudul “Good Leaders Ask Great Questions”

Ia mengatakan bahwa orang zaman sekarang ingin memimpin biasanya karena mengejar hak dan fasilitas istimewa. Sedikit yang sadar bahwa memimpin adalah bertanggung jawab.

Kata Maxwell lebih lanjut, hak yang terlampau dibesar-besarkan malah akan merugikan suatu bangsa atau negara.

Pada masa sekarang kita bisa saksikan bagaimana buah fikiran liar dan praktik aneh dalam kehidupan malah jadi trend dan arus gelombang besar arah kehidupan manusia, sebagai contoh sebut saja LGBT. Itu tidak lain karena mereka memperjuangkan hak dengan landasan nafsu semata.

Para pemimpin yang sejatinya mengantarkan yang dipimpinnya menjadi lebih baik malah mulai melakukan rekayasa pelanggaran. Hal itu disebabkan mereka merasa punya kewenangan dan hak yang besar. Serta banyak lagi contoh lainnya.

Seolah-olah mereka lupa akan satu hal penting, yaitu tanggung jawab sebagai pemimpin.

Pertanyaannya kemudian mengapa terlalu banyak pemimpin yang akhirnya berakhir dengan cerai berai. Bukan sekedar di level negara, di skala yang lebih kecil seperti rumah tangga pun banyak ditemui situasi ini dimana seorang suami terpaksa harus berpisah ( bercerai ) dengan istrinya. Hal ini akibat dari terlalu besar tuntutan hak ketimbang menjalankan kewajibannya. Yang terjadi hari ini tidak peduli apakah kewajiban dan tanggung jawab ditunaikan yang penting hak dapat segera diraih.


Manusia dan fitrah kewajibannya

Sebagai manusia tentunya kita punya kewajiban. Mulai mengenali Allah sebagai Tuhan pencipta semesta, kemudian dilanjutkan dengan kewajiban beriman dan bertakwa kepada-Nya.

Begitupun, sebagai warga negara kita punya kewajiban, membayar pajak dan berperilaku baik serta tidak melakukan hal yang merusak tatanan negara tersebut.

Kemudian, sebagai suami dalam rumah tangga tentunya ada pula kewajibannya, memberi nafkah pada istri dan anak, memberikan mereka tempat bernaung dan pendidikan yang baik. Jadilah pemimpin yang memberi teladan dan inspirasi.

Tak lepas pula bagi seorang presiden pun punya kewajiban. Mulai dari jujur kepada rakyat, membela hak-hak rakyat dan mensejahterakan kehidupan rakyat serta memberikan kesempatan yang luas bagi rakyatnya dalam berpendapat maupun memberi kritikan.

Jika kemudian ada pemimpin yang gagal melakukan itu, sampai pada level presiden sekalipun, maka nilainya adalah negatif, lebih buruk dari nilai nol.


Sadarkan

Saat seseorang berupaya untuk menyadarkan dirinya akan kewajiban sebagai pemimpin, maka ia tidak akan menjadi manusia yang matanya aktif hanya kala berbicara hak.

Pemimpin tersebut akan mudah menjadi pribadi yang bertanggung jawab hanya ketika dia mau sadar bahwa selain ada hak, juga ada yang namanya kewajibannya.

Orang yang selalu mengabaikan kewajiban seperti orang yang sedang putus asa lalu bunuh diri. Dia telah membunuh moral dan akal sehatnya sendiri.

Oleh karenanya orang yang bunuh diri moral dan akal sehat akan menjadi buta terhadap kebenaran yang ada dan jelas di depan mata. Justru sebaliknya, mereka akan sangat buas dan liar dalam hal memuaskan hawa nafsunya sendiri tanpa mengenal belas kasihan lagi pada apa yang dipimpinnya.

Karena itu, ada benarnya ungkapan Maxwell bahwa bangsa yang lupa kewajiban dan sangat senang menuntut hak secara berlebihan, akan menjadi brutal, buas dan beringas.

Dan, tidaklah sebuah bangsa begitu keadaan pemimpinnya, melainkan gerbang kehancuran benar-benar telah dekat. Percaya atau tidak, begitulah sejarah memberikan catatan, yang seharusnya kita pahami. Admin