Pondok Pesantren Hidayatullah Ternate menerima dan menyalurkan zakat, infaq, sedekah, fidyah, dan wakaf tunai Anda kepada yang berhak. Informasi lebih lanjut hubungi WA Center +62 812-4852-7607

Spirit Al Kautsar

 


Ayat pertama pada surat Al Kautsar menjelaskan tentang kemegah megahan dan manusia sebagai objek kajian utamanya. Hal ini tersirat sebuah pesan bahwa tabiat asli manusia senang dengan kemegahan hingga ia sering kali lalai dan terpengaruh dengan suasana dan kondisi dunia. Watak asli manusia tersebut tidak akan hilang sampai jasad masuk ke dalam kubur. 


Ayat pertama dan kedua pada surat Al Kautsar memiliki munasabah atau relevansi yang erat, dimana ayat pertama mendeskripsikan kemegahan, dan kemegahan tersebut merupakan representasi dunia. Adapun ayat kedua secara tekstual mengungkap kuburan yang menjadi tanda akan adanya deadline atau waktu akhir kehidupan dunia bagi setiap manusia. Hal ini menjadi tadzkirah bahwa kematian menjadi penawar sifat ketamakan terhadap dunia dan isinya. Oleh karena itu Nabi SAW menganjurkan agar senantiasa memperbanyak mengingat kematian agar tidak kecanduan dengan godaan dunia. 


Pembahasan tentang adanya kematian sebagaimana kandungan ayat kedua pada surat Al Kautsar, selanjutnya menjadi penghubung antara ayat ketiga, keempat, dan kelima. 


Dari ayat 3-5 pada Surat tersebut ada beberapa kata yang diulang ulangi diantaranya adalah lafazh "العلم" yang berarti pengetahuan. Lafazh tersebut terinterkoneksi langsung dengan ayat kedua secara otomatis karena pengetahuan akan adanya kematian menjadi pendorong atau motivasi untuk pembiasaan diri menjadi pribadi yang suka المبادرة  بالأعمال الصالحة  atau berlomba dan bersegera melakukan amal sholeh. Maka dengan demikian kemegahan dunia berupa harta dan keturunan sejatinya menjadi sarana atau perantara yang bisa mengantarkan manusia pada jalan lurus menuju surga. 


Pengetahuan yang memperkuat keyakinan akan adanya kematian juga menjadi rem bagi kehidupan manusia agar tidak jatuh dalam jurang kenikmatan dunia. Ibarat orang yang mengendarai sepeda motor tidak selamanya melaju dengan kecepatan tinggi akan tetapi ada saatnya harus rem biar tidak celaka dan bisa selamat sampai tujuan. Kematian ibarat monitor yang selalu mengawasi manusia agar selalu bersungguh sungguh ibadah termasuk memaksimalkan dunia untuk menggapai surga. Inilah cara pandang seorang muslim dalam melakukan controlling terhadap syahwat harta dan keturunan di dunia yang fana ini. 


Syahwat manusia terhadap kemegahan dunia yang tidak terkontrol dan senantiasa lalai akan cenderung menyimpang dari jalan menuju surga, maka ayat keenam dan ketujuh pada surat al Kautsar berbicara tentang neraka Jahannam.   Pada ayat tersebut menggambarkan potret orang-orang yang terlena dengan syahwat kenikmatan dunia dan lupa akan akhirat, akibatnya kemegahan dunia  melalaikan mereka hingga kewajiban kepada Allah SWT terlupakan. 


Pelajaran penting yg dapat diambil dari ayat pertama sampai ayat ketuju bahwa kemegahan dunia  berupa harta dan keturunan bisa menjadi peluang untuk masuk surga atau masuk neraka jahim. Jika harta dan anak-anak dapat dibina dengan baik maka akan condong kepada surga, namun jika sebaliknya berarti akan berada ditempat lain yang dikenal dengan ahlu Nar atau penghuni neraka. Na'udzubillah min dzalik.. 


Pada ayat kedelapan sebagai penutup surat Al Kautsar menjelaskan akan adanya pertanyaan pertanyaan terkait dengan nikmat yang Allah berikan kepada hamba-Nya. Bagi seseorang yang diberikan dunia namun dimanfatkan untuk hal hal yang diridhoi oleh Allah SWT maka ia tidak akan panik saat menjawab pertanyaan-pertanyaan dihadapan Allah SWT karena kesungguhan ia memanfatkan harta sesuai perintah Allah SWT sejatinya ia telah mempersiapkan jawaban sebaik-baiknya. 


Sebaliknya jika tidak ada persiapan ia akan panik dan kebingungan mencari jawaban saat pertanyaan menghampirinya. Ini potren orang yang rakus dengan dunia termasuk diantaranya adalah orang-orang kafir. Allahu A'lam.


Dr. Laode Ilman, Lc. M.Pd

Pemerhati Dai Maluku Utara