Oleh: Ashar Abdul Ghani*
Bismillaah, penting kita berupaya terus mempersegar wawasan kependidikan. Terlebih sebagai seorang guru atau pengasuh dalam mengurus murid atau santri di sekolah atau pesantren. Upaya ini sangat mendesak kala ingin menghadirkan pendidikan yang realistis dan responsif.
Dua kata yang tak boleh lupa apalagi lekang dalam benak dan sanubari seorang guru atau pegasuh dalam mendidik anak, yaitu realistis dan responsif.
Dua kata itu penting karena akan berpengaruh terhadap kemampuan diri dalam merespon kondisi kekinian dan menganalisa masa depan.
Ranah Responsif
Dengan begitu kita akan mampu melihat apa persiapan-persiapan terbaik dalam mendidik murid, sehingga kelak mereka survive kehidupan bermasyarakat.
Sebab pada dasaarnya pendidikan ialah bekal bagi murid untuk survive hidup bermasyarakat, baik lokal, nasional, bahkan internasional. Inilah ranah responsif kita.
Ruang Realistis
Harapan pasti aka selalu ideal. Namun kita juga paham sedang dalam kondisi bagaimana dalam realistis kekinian.
Oleh karena itu memahami kondisi real murid, sarana, dan kita sebagai guru atau pengasuh harus benar-benar objektif, jernih dan utuh.
Dengan begitu kita bisa mengambil keputusan yang bijak, tepat dan relevan guna memperbaiki yang masih minim, kemudian mengetahui langkah terbaik dalam mengembangkan yang sudah baik. Ini ranah realistis.
Wawasan
Nah, untuk sampai pada dua ranahh ini (responsif dan realistis), guru atau pengasuh harus senantiasa mengembangkan wawasan. Kemudian meningkatkan skill dalam memahami dan memahamkan pelajaran.
Guru dan pengasuh harus mampu memahami kondisi murid atau santri dan mampu membentuk karakter baik dalam diri mereka. Terutama karakter dalam proses belajar, dan karakter dari hasil belajar.
Lebih jauh selain guru dan pengasuh, pengurus Yayasn atau Sekolah harus ikut berupaya memikirkan hal tersebut dalam dimensi intrinsik dan ekstrinsik sekaligus.
Supra dan Infrastruktur
Dimensi ekstrinsik itu meliputi sarana dan prasarana sebagai infrastruktur (gedung, meubeleur, dan media).
Adapun dimensi intrisik adalah suprastruktur. Berkaitan visi, motivasi, manhaj dan sistem nilai yang harus terus menyala untk mengaktifkan gerak utuh lembaga pendidikan itu sendiri.
Dimensi ini menghadirkan satu spirit nyata. Walau tidak nampak dalam jangkauan indra, tapi hal itu menjadi pemicu dan pemacu semua gerakan yang nampak.
Kemudian derivasi dari keduanya berupa konsep dan aturan. Hal ini penting karena memiliki peranan yang sangat signifikan dalam setiap pergerakan.
Jika lupa dan lalai dalam dua hal ini, spirit dan konsep, maka jangan mimpi bisa bersikap realistis dan responsif. Emosional dan penuh keraguan yang akan dominan.
Jadi, marilah bangun infrastruktur di atas suprastruktur agar kegiatan kita realistis dan responsif menuju pendidikan yang menghasilkan manusia cerdas dan beradab.*
*Penulis adalah Kepala Sekolah SMA Al-Izzah Sofifi, Maluku Utara