HALMAHERA — Warga kampung sekitar desa Patlean dan Wasileo di Maba Utara, Halmahera Timur, Maluku Utara, merasakan perubahan positif yang dialami oleh suku terasing Togutil yang telah beradaptasi dengan lingkungan.
Perubahan tersebut seiring dengan kegiatan pembinaan dakwah Islamiyah yang dilakukan oleh dai Hidayatullah, Ust Nurhadi, dan didukung oleh berbagai elemen masyarakat.
Mereka yang telah bersyahadat masuk Islam pelan-pelan hidup layaknya penduduk kampung, bertempat tinggal, peduli kebersihan dan mendapatkan pembinaan keagamaan. Beberapa waktu lalu mereka juga mengikuti kegiatan khitanan massal.
“Warga kampung senang karena hasil kebun mereka pun aman tidak dicuri oleh orang Suku lagi. Kalau yang kita bina baru di Maba Utara. Alhamdulillah mereka sudah baik dan tidak melakukan penyerangan terhadap warga kampung,” kata Nurhadi dalam obrolan dengan media ini, Senin.
Nurhadi mengatakan tidak mudah melakukan pembinaan suku Togutil dengan karakter khasnya masing-masing. Namun ia mengungkapkan hal itu dapat dilakukan meski memang tidak ringan sebagaimana yang telah dilakukannya di daerah Patlean Wasileo, Maba Utara.
Nurhadi menyampaikan turut berduka dengan terjadinya serangan yang diduga dilakukan suku Togutil kepada warga di Desa Waci, Kecamatan Maba Selatan. Ia mengatakan, suku Togutil hidup berkelompok-kelompok dan biasa saling serang antar mereka sendiri jika merasa terganggu.
“Daerah orang suku di Maba Selatan agak rawan. Kita belum pernah ke sana untuk pembinaan orang suku ini. Semoga kita pun bisa membina mereka, Insya Allah,” kata Nurhadi.
Sebagaimana diwarta, lima warga Desa Waci, Kecamatan Maba Selatan, Kabupaten Halmahera Timur, Provinsi Maluku Utara, ditemukan tewas, Ahad, 31 Maret 2019. Mereka tewas mengenaskan diserang Suku Pedalaman Halmahera atau (Togutil) saat berburu di pedalaman hutan Halmahera Timur.
Menurut korban selamat, Harun Muharam (36), Warga Desa Waci, aksi penyerangan kelompok Suku Tugutil terhadap dirinya dan empat rekannya terjadi dua hari lalu, Jumat, 29 Maret 2019, pukul 16:00 Wit, saat kelimanya melakukan perburuan di pedalaman hutan Halmahera.
“Saat kami pulang ke kampung, dalam perjalanan pulang tiba-tiba diadang dan diserang oleh orang-orang suku sebanyak 12 orang dengan menggunakan anak panah tombak,” kata Harun.
Kapolres Halamahera Timur, AKBP Driyano Andri Ibrahim saat di konfirmasi VIVA, Minggu, 31 Maret membenarkan peristiwa yang dialami lima warga Desa Waci.
Menurut Kapolres, dari hasil pengakuan saksi mata pembunuhan tiga warga Desa Waci diduga dilakukan suku asing yang mendiami Hutan Halmahera (Togutil) yang marah karena menganggap para korban memasuki wilayah mereka dan mengambil hasil hutan.